Sabtu, 27 Oktober 2018


PEMANFAATAN LAHAN TERPADU DAN POLA
PERBAIKAN LAHAN

(Oleh: Hendro Gultom)

PERTANIAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Pada dasarnya harus disadari bahwa Lingkungan secara luas adalah satu-satunya sebagai dasar atau pondasi bagi usaha pertanian. Dengan demikian tanpa lingkungan yang baik tidak mungkin ada pertanian yang baik. Lumbanraja, P. (1993) menamai pola pertanian ini untuk daerah Pulau Samosir dengan istilah Perladangan Selaras Alam yang mana alternatif ini untuk daerah tersebut adalah merupakan satu dari berbagai cara yang mungkin dapat dilakukan atas dasar menyadari kondisi alam lingkungan setempat. Selanjutnya Lumbanraja, P.(1997) mengutarakan bahwa konsep pertanian berkelanjutan adalah suatu bentuk pertanian yang berwawasan lingkungan, sebab konsep pertanian berkelanjutan atau yang dikenal dengan istilah sustainable agriculture merupakan suatu pola pertanian yang memelihara daya dukung lingkungan terhadap produksi sepanjang waktu. Batasan di atas juga masih sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh CGIAR (Consultative Group on International Agricultural Research) maupun TAC (Technical Advisory Committee) yang mana mereka menyatakan bahwa Pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha pertanian gunamembantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam.

URAIAN RINGKAS PROSPEK PEMANFAATAN LAHAN RAWA PASANG SURUT
Dalam upaya pencapaian swasembada pangan berbagai upaya harus dilakukan pemerintah secara serius. Demikian juga daerah-daerah harus mengusahakan peningkatan pendapatan daerahnya. Karena dari kenyataan sekarang semakin terasa tantangan yang bertambah berat dalam mencukupi pangan masyarakat sebagai akibat dari penurunan produksi bahan pangan yang merupakan dampak langsung dari penurunan produktivitas lahan persatuan luas yang selalu menurun dengan bertambahnya waktu, maupun sebagai dampak dari konversi lahan pertanian untuk penggunaan lahan lainnya diluar pertanian. Selain itu hal yang juga merupakan ancaman terhadap pemenuhan kebutuhan pangan adalah konversi lahan pertanaman tanaman pangan menjadi pertanaman komoditi lain yang bukan merupakan sumber pangan, misalnya perkebunan karet dan lain-lain. Kedua hal konversi pertanaman disebutkan di atas perlu disadari sebagai ancaman terhadap upaya pemerintah dalam upaya meningkatkan ketersediaan pangan. Malah dengan kesadaran yang tinggi haruslah diakui bahwa segala pihak terkait dalam kemelut kepentingan yang menyebakan kejadian di atas perlu memikirkan kembali akan perlunya mendukung usaha swasembada pangan tersebut(Lumbanraja, P. 2011).

SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN(1)
Sistem pertanian yang memacu produksi biji-bijian dan hasil pertanianlainnya untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan serta kebutuhanlainnya bagi manusia menuntut masukan bahan-bahan kimia yang sangatbesar telah diketahui mengakibatkan dampak merosotnya daya dukunglahan dengan sangat cepat dalam waktu yang relatif singkat. Selain ituterjadinya pencemaran tanah dan air sebagai konsekwensi daripenggunaan bahan kimia seperti pupuk dan pestisida tidak dapatdielakkan lagi.Atas dasar kenyataan di atas muncullah suatu konsep baru denganmenekan pemasokan bahan kimia sekecil mungkin untuk usaha pertaniandalam upaya memproduksi bahan pangan yang cukup dan terus menjagaproduktivitas lahan serta mencegah pencemaran lingkungan untukpenggunaan dalam waktu yang tak terbatas (O’Connell, 1990dalamLumbanraja, P. 1997).Richard (1990dalamLumbanraja, P. 1997) mengutarakan konsep pertanian baru ini sebagai konseppertanian berkelanjutan atau yang dikenal dengan istilah sustainableagriculture sesuai dengan istilah yang digunakan oleh Jackson (1980dalamLumbanraja, P. 1997) dankonsep pertanian regeneratif dari Rodale (1983dalamLumbanraja, P. 1997) yang keduanya merupakian suatu pola pertanian yang berkelanjutan yang memeliharadayadukung lingkungan terhadap produksi sepanjang.waktu.

PERTANIAN BERKELANJUTAN(2)
Pertanian berkelanjutan adalah pertanian yang menekan pemasokan bahan kimia sedikit mungkin untuk memproduksi bahan pangan yang cukup dan terus menjaga produktivitas lahan serta mencegah pencemaran lingkungan untuk penggunaan dalam waktu yang tidak terbatas (Jackson 1990, O'Connel 1990, Ricahrd 1990dalamLumbanraja, P. 2002). Banyak istilah yang digunakan untuk maksud pertanian berkelanjutan sepeti pertanian regeneratip (Rodale 1983dalamLumbanraja, P. 2002), pertanian masukan rendah (low input agrieulture), pertanian rendah kimia (low ehemical agriculture), pertanian konsevasi sumber daya alam dan lingkungan, teknologi pertanian yang efisien sumber daya (Parr et al. I990dalamLumbanraja, P. 2002). Kata-kata yang sering digunakan untuk mengutarakan pertanian berkelanjutan misalnya biological, ecological, regenerative, natural, biodynamic, agroecological, ecoagricultural dan ecofarruing (Lumbanraja, P 1997). Pertanian berkelanjutan bertujuan untuk (1) menjaga dan atau meningkatkan keutuhan sumber daya alam dan melindungi lingkungan, (2) menjamin penghasilan yang tinggi bagi petaninya, (3) mengkonservasi energi, (4) meningkatkan produktivitas, (5) meningkatkan kualitas dan keamanan bahan makanan dan (6) menciptakan keserasian antara pertanian dengan faktor sosial ekonomi lainnya (Parr et al. 1990dalamLumbanraja, P. 2002). Dengan demikian, ciri utama pertanian berkelanjutan antara lain adalah (1) kehilangan tanah di bawah atau pada laju kehilangan yang diperbolehkan (tolerable soil loss), (2) mampu meningkatkan pendapatan petani, (3) dapat diterima masyarakat dan (4) mempertahankan kesuburan tanah melalui pendauran bahan.organik.(Dan.kelman.dan.Davidson.1988dalamLumbanraja, P. 2002).

PENGARUH TANAMAN INTERKROP LEGUM TERHADAP KWALITAS FISIK TANAH PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG
Pengaruh tanaman sela legum (legumes intercropped) dan tiga taraf pemupukan N pada lahan yang ditanami tanaman jagung terhadap sistem sifat fisik tanah telah diteliti selama 3 tahun. Tanaman legum yang digunakan sebagai tanaman sela adalah merupakan campuran dari tanaman alfalfa, clover dan hairy vetch, memberikan pengaruh kumulatif yang nyata (significant) terhadap beberapa sifat fisik untuk kedua tanah percobaan.
Stabilitas terendah dan ukuran terkecil rata-rata diameter agregat tanah berasosiasi dengan plot tanah monokultur (monocultur maize plot).
Stabilitas dan ukuran agregat tanah tidak dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan aplikasi pupuk nitrogen pada ketiga taraf pemupukan yang diberikan yakni 0, 70, 140 kg N/ha pada plot dengan perlakuan tanaman intercropping, bahkan selain itu bahwa pemupukan N mengakibatkan penurunan stabilitas agregat pada satu jenis tanah yaitu tanah liat Rosaley Clay. Untuk plot pertanaman monokultur dengan tanaman jagung pada kedua tanah, baik stabilitas dan ukuran agregat meningkat dengan nyata dengan meningkatnya taraf pemberian pupuk N.
Tanaman sela legum menurunkan berat jenis tanah kering dan menurunkan daya tahan penetrasi tanah dengan nyata, sedangkan penambahan N pengaruhnya terhadap pengaruh pengurangan kepadatan tanah ini tidak dapat terukur.
Terhadap keadaan tata air tanah ternyata tidak ada pengaruh yang nyata baik oleh pengaplikasian pupuk maupun oleh penambahan pupuk N.
Pengaruh positip terhadap agregasi dan perbaikan sifat-sifat fisik tanah lainnya pada plot dengan perlakuan tanaman sela adalah sebagai akibat dari membaiknya kondisi dan aktivitas perakaran tanaman, ataupun karena pembenaman bahan tanaman legum sebagai pupuk hijua, atau bahkan oleh kedua perlakuan tersebut, baik perbaikan aktivitas akar dan pemanfaatan sebagai pupuk hijau. Sedangkan perbaikan struktur tanah pada oplot pertanaman jagung dengan meningkatnya pemberian pupuk N adalah akibat dari meningkatnya residu dari perakaran tanaman jagung tersebut(Lumbanraja, P. 1994).

PERTANIAN ORGANIK
Pakar pertanian Barat menyebutkan bahwa sistem pertanian organik merupakan hukum pengembalian (law of return) yang berarti suatu sistem yang berusaha untuk mengembalikan semua jenis bahan organik ke dalam tanah, baik dalam bentuk resedu dan limbah pertanaman maupun ternak yang selanjutnya bertujuan memberi mkanan pada tanaman. (bandingkan dengan kamus Wikipedia: yang menyebutkan bahwa pertanian organik (organic farming) adalah usaha tani yang menghindari atau secara besar-besaran menyingkirkan penggunaan pupuk dan pestisida sintetik, zat pengatur tumbuh tanaman dan perangsang (Saragih, 2008dalamLumbanraja, P. 2013). Filosofi yang melandasi pertanian organik adalah mengembangkan prinsip memberi makanan pada tanah yang selanjutnya tanah menyediakan makanan untuk tanaman (feeding the soil that feed the plants), dan bukan memberi makanan langsung pada tanaman. Von Uexkull (1984dalamLumbanraja, P. 2013) memberikan istilah membangun kesuburan tanah. Strategi pertanian organik adalah memindahkan hara secepatnya dari sisa tanaman, kompos dan pupuk kandang menjadi biomassa tanah yang selanjutnya setelah mengalami proses mineralisasi akan menjadi hara dalam tanah. Dengan kata lain, unsur hara didaur ulang melalui satu atau lebih tahapan bentuk senyawa organik sebelum diserap tanaman. Hal ini berbeda sama sekali dengan pertanian konvensional yang memberikan unsur hara secara cepat dan langsung dalam bentuk larutan sehingga segera diserap dengan takaran dan waktu pemberian yang sesuai dengan kebutuhan tanaman.

DEGRADASI LAHAN
Sebagian besar permukaan bumi kita sudah mengalami degradasi , sebagian sedang mengalami proses degradasi, dan selebihnya berada dalam resiko akan terdegradasi. Lautan, air tawar, atmosfir (bahkan sampai ke ketinggian 40.000 km) dan sebagian besar lingkungan terestrial sudah terdegradasi dan terus mengalami degradasi. Tulisan ini memfokuskan bahasan dalam hal degradasi terestrial, yaitu meliputi kerusakan lahan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan lahan adalah lapisan muka bumi yang berbatasan langsung dengan udara. Lahan terbuka terhadap berbagai pengaruh kompleks seperti atmosfer, proses geologi, cahaya matahari, terhadap keadaan yang paling kering, bahkan terhadap keadaan yang paling dingin dan berbagai bentuk ketidak ramahan lingkungan dan aktivitas organisma (Barrow, 1991 dalam Lumbanraja, P. 2007) Pendekatan yang dibicarakan dalam tulisan ini adalah meliputi semua kejadian yang dalam prosesnya baik perusakan , penurunan daya dukung lahan dan bahkan bagaimana mengontrol keadaan lahan dalam skala global baik berupa konsep lingkungan maupun ekosistem yang pada hakekatnya akhir-akhir ini sengat dipengaruhi oleh tingkahlaku dan campur tangan manusia. Secara umum kebanyakan orang hanya menggolongkan lahan kedalam tiga kategori:
1. Lahan yang sedang digunakan,
2. Lahan yang mempunyai potensi penggunaan,
3. Lahan yang kelihatannya tidak mungkin untuk digunakan untuk masa yang akan datang paling tidak untuk masa yang mungkin dapat kita ramalkan.

          Nilai guna dalam konteks ini lebih ditekankan kepada kemampuan sesuatu untuk memberikan hal yang berguan bagi memenuhi kebutuhan ataupun keinginan manusia. Hal ini telah dijelaskan dalam pengertian ekonokik yang lebih formal bahwa sikap manusia terhadap kegunaan sesuatu sangat tergantung kepada nilai barang dan pelayanan yang dapat diperoleh dari barang tersebut (Lowe & Lewis, 1980dalamLumbanraja, P. 2007).


DAFTAR PUSTAKA
Lumbanraja, P. 1994. PengaruhTanamanInterkropLegumTerhadapKwalitasFisik Tanah PadaLahanPertanamanJagung. FakultasPertanian. Universitas HKBP Nommensen – Medan. Available At: 
https://www.researchgate.net/publication/327392655_PENGARUH_TANAMAN_INTERKROP_LEGUM_TERHADAP_KWALITAS_FISIK_TANAH_PADA_LAHAN_PERTANAMAN_JAGUNG (01 Oktober 2018)
Lumbanraja, P. 1997. SistemPertanianBerkelanjutan(1). Diseminarkanpada Seminar PeriodikFakultasPertanian.Universitas HKBP Nommensen 1997 – Medan. Available At:
https://www.researchgate.net/publication/327392671_SISTEM_PERTANIAN_BERKELANJUTAN1 (03 Oktober 2018)
Malau Sabam  dan Parlindungan Lumbanraja. 2002. PertanianBerkelanjutan(2). Disampaikanpada seminar nasionaltentang “Strategi Pembangunan BerkelanjutandanPengelolaanKawasanDanau Toba” yang diselenggarakanolehPartungkoan Batak Toba (Parbato) Medan, Yayasan Del Jakarta danYayasanPerhimpunanPencintaDanau Toba padatanggal 6 April 2002 di Medan. Available At:
Lumbanraja, P. 2007. DegradasiLahan (ProspekdanKepedulianTerhadapnya). Seminar BerkalaFakultasPertanian, Universitas HKBP Nommensen; Medan 25 Oktober 2007.Universitas HKBP Nommensen – Medan. Available At:
https://www.researchgate.net/publication/327392970_DEGRADASI_LAHAN_persepsi_dan_keperdulian_terhadapnya (02 Oktober 2018)
Lumbanraja, P. 2011. UraianRingakasProspekPemanfaatanLahanRawaPasangSurut. FakultasPertanian. Universitas HKBP Nommensen – Medan. Available At:
Lumbanraja, P. 2013. PertanianBerwawasanLingkungan. MateriPengabdianMasyarakatJuni. 2013. Di Desa _______; Kec.GunungMeriah; Kab.Deliserdang.FakultasPertanian. Universitas HKBP Nommensen – Medan. Available At:
Lumbanraja, P. 2013. PertanianOrganik. MateriPengabdianMasyarakat di DesaMabar, Kec. BangunPurba; Deliserdang. Available At:
https://www.researchgate.net/publication/327393688_PERTANIAN_ORGANIK (03 Oktober 2018)








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMANFAATAN LAHAN TERPADU DAN POLA PERBAIKAN LAHAN ( Oleh: Hendro Gultom ) PERTANIAN BERWAWASAN LINGKUNGAN Pada dasarnya harus dis...