PEMANFAATAN
LAHAN TERPADU DAN POLA
PERBAIKAN LAHAN
(Oleh: Hendro Gultom)
PERBAIKAN LAHAN
(Oleh: Hendro Gultom)
PERTANIAN
BERWAWASAN LINGKUNGAN
Pada
dasarnya harus disadari bahwa Lingkungan secara luas adalah satu-satunya
sebagai dasar atau pondasi bagi usaha pertanian. Dengan demikian tanpa lingkungan
yang baik tidak mungkin ada pertanian yang baik. Lumbanraja, P. (1993) menamai pola
pertanian ini untuk daerah Pulau Samosir dengan istilah Perladangan Selaras
Alam yang mana alternatif ini untuk daerah tersebut adalah merupakan satu dari
berbagai cara yang mungkin dapat dilakukan atas dasar menyadari kondisi alam
lingkungan setempat. Selanjutnya Lumbanraja,
P.(1997) mengutarakan bahwa konsep pertanian
berkelanjutan adalah suatu bentuk pertanian yang berwawasan lingkungan, sebab
konsep pertanian berkelanjutan atau yang dikenal dengan istilah sustainable agriculture merupakan
suatu pola pertanian yang memelihara daya dukung lingkungan terhadap produksi
sepanjang waktu. Batasan di atas juga masih sesuai dengan apa yang dinyatakan
oleh CGIAR (Consultative Group on International Agricultural Research) maupun
TAC (Technical Advisory Committee) yang mana mereka menyatakan bahwa Pertanian berkelanjutan adalah
pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha pertanian gunamembantu
kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan
kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam.
URAIAN RINGKAS PROSPEK PEMANFAATAN LAHAN RAWA PASANG SURUT
Dalam
upaya pencapaian swasembada pangan berbagai upaya harus dilakukan pemerintah
secara serius. Demikian juga daerah-daerah harus mengusahakan peningkatan
pendapatan daerahnya. Karena dari kenyataan sekarang semakin terasa tantangan
yang bertambah berat dalam mencukupi pangan masyarakat sebagai akibat dari
penurunan produksi bahan pangan yang merupakan dampak langsung dari penurunan
produktivitas lahan persatuan luas yang selalu menurun dengan bertambahnya waktu,
maupun sebagai dampak dari konversi lahan pertanian untuk penggunaan lahan
lainnya diluar pertanian. Selain itu hal yang juga merupakan ancaman terhadap
pemenuhan kebutuhan pangan adalah konversi lahan pertanaman tanaman pangan
menjadi pertanaman komoditi lain yang bukan merupakan sumber pangan, misalnya
perkebunan karet dan lain-lain. Kedua hal konversi pertanaman disebutkan di
atas perlu disadari sebagai ancaman terhadap upaya pemerintah dalam upaya
meningkatkan ketersediaan pangan. Malah dengan kesadaran yang tinggi haruslah
diakui bahwa segala pihak terkait dalam kemelut kepentingan yang menyebakan
kejadian di atas perlu memikirkan kembali akan perlunya mendukung usaha
swasembada pangan tersebut(Lumbanraja,
P. 2011).
SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN(1)
Sistem
pertanian yang memacu produksi biji-bijian dan hasil pertanianlainnya untuk
dapat memenuhi kebutuhan pangan serta kebutuhanlainnya bagi manusia menuntut
masukan bahan-bahan kimia yang sangatbesar telah diketahui mengakibatkan dampak
merosotnya daya dukunglahan dengan sangat cepat dalam waktu yang relatif
singkat. Selain ituterjadinya pencemaran tanah dan air sebagai konsekwensi
daripenggunaan bahan kimia seperti pupuk dan pestisida tidak dapatdielakkan
lagi.Atas dasar kenyataan di atas muncullah suatu konsep baru denganmenekan
pemasokan bahan kimia sekecil mungkin untuk usaha pertaniandalam upaya
memproduksi bahan pangan yang cukup dan terus menjagaproduktivitas lahan serta
mencegah pencemaran lingkungan untukpenggunaan dalam waktu yang tak terbatas (O’Connell,
1990dalamLumbanraja, P. 1997).Richard
(1990dalamLumbanraja, P. 1997)
mengutarakan konsep pertanian baru ini sebagai konseppertanian berkelanjutan
atau yang dikenal dengan istilah sustainableagriculture
sesuai dengan istilah yang digunakan oleh Jackson (1980dalamLumbanraja, P. 1997)
dankonsep pertanian regeneratif dari Rodale (1983dalamLumbanraja, P. 1997)
yang keduanya merupakian suatu pola pertanian yang berkelanjutan yang
memeliharadayadukung lingkungan terhadap produksi sepanjang.waktu.
PERTANIAN BERKELANJUTAN(2)
Pertanian
berkelanjutan adalah pertanian yang menekan pemasokan bahan kimia sedikit
mungkin untuk memproduksi bahan pangan yang cukup dan terus menjaga
produktivitas lahan serta mencegah pencemaran lingkungan untuk penggunaan dalam
waktu yang tidak terbatas (Jackson 1990, O'Connel 1990, Ricahrd 1990dalamLumbanraja, P. 2002).
Banyak istilah yang digunakan untuk maksud pertanian berkelanjutan sepeti
pertanian regeneratip (Rodale 1983dalamLumbanraja,
P. 2002), pertanian masukan rendah (low
input agrieulture), pertanian rendah kimia (low ehemical agriculture), pertanian konsevasi sumber daya alam
dan lingkungan, teknologi pertanian yang efisien sumber daya (Parr et al. I990dalamLumbanraja, P. 2002).
Kata-kata yang sering digunakan untuk mengutarakan pertanian berkelanjutan
misalnya biological, ecological,
regenerative, natural, biodynamic, agroecological, ecoagricultural dan
ecofarruing (Lumbanraja, P
1997). Pertanian berkelanjutan bertujuan untuk (1) menjaga dan atau
meningkatkan keutuhan sumber daya alam dan melindungi lingkungan, (2) menjamin
penghasilan yang tinggi bagi petaninya, (3) mengkonservasi energi, (4)
meningkatkan produktivitas, (5) meningkatkan kualitas dan keamanan bahan
makanan dan (6) menciptakan keserasian antara pertanian dengan faktor sosial
ekonomi lainnya (Parr et al. 1990dalamLumbanraja,
P. 2002). Dengan demikian, ciri utama pertanian berkelanjutan antara lain
adalah (1) kehilangan tanah di bawah atau pada laju kehilangan yang
diperbolehkan (tolerable soil loss),
(2) mampu meningkatkan pendapatan petani, (3) dapat diterima masyarakat dan (4)
mempertahankan kesuburan tanah melalui pendauran bahan.organik.(Dan.kelman.dan.Davidson.1988dalamLumbanraja, P. 2002).
PENGARUH TANAMAN INTERKROP LEGUM TERHADAP KWALITAS FISIK TANAH PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG
Pengaruh
tanaman sela legum (legumes intercropped) dan tiga taraf pemupukan N pada lahan
yang ditanami tanaman jagung terhadap sistem sifat fisik tanah telah diteliti
selama 3 tahun. Tanaman legum yang digunakan sebagai tanaman sela adalah
merupakan campuran dari tanaman alfalfa, clover dan hairy vetch, memberikan
pengaruh kumulatif yang nyata (significant) terhadap beberapa sifat fisik untuk
kedua tanah percobaan.
Stabilitas terendah dan ukuran
terkecil rata-rata diameter agregat tanah berasosiasi dengan plot tanah
monokultur (monocultur maize plot).
Stabilitas dan ukuran agregat
tanah tidak dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan aplikasi pupuk nitrogen
pada ketiga taraf pemupukan yang diberikan yakni 0, 70, 140 kg N/ha pada plot
dengan perlakuan tanaman intercropping, bahkan selain itu bahwa pemupukan N
mengakibatkan penurunan stabilitas agregat pada satu jenis tanah yaitu tanah
liat Rosaley Clay. Untuk plot pertanaman monokultur dengan tanaman jagung pada
kedua tanah, baik stabilitas dan ukuran agregat meningkat dengan nyata dengan
meningkatnya taraf pemberian pupuk N.
Tanaman sela legum menurunkan
berat jenis tanah kering dan menurunkan daya tahan penetrasi tanah dengan
nyata, sedangkan penambahan N pengaruhnya terhadap pengaruh pengurangan
kepadatan tanah ini tidak dapat terukur.
Terhadap keadaan tata air tanah
ternyata tidak ada pengaruh yang nyata baik oleh pengaplikasian pupuk maupun
oleh penambahan pupuk N.
Pengaruh positip
terhadap agregasi dan perbaikan sifat-sifat fisik tanah lainnya pada plot
dengan perlakuan tanaman sela adalah sebagai akibat dari membaiknya kondisi dan
aktivitas perakaran tanaman, ataupun karena pembenaman bahan tanaman legum
sebagai pupuk hijua, atau bahkan oleh kedua perlakuan tersebut, baik perbaikan
aktivitas akar dan pemanfaatan sebagai pupuk hijau. Sedangkan perbaikan
struktur tanah pada oplot pertanaman jagung dengan meningkatnya pemberian pupuk
N adalah akibat dari meningkatnya residu dari perakaran tanaman jagung tersebut(Lumbanraja, P. 1994).
PERTANIAN ORGANIK
Pakar
pertanian Barat menyebutkan bahwa sistem pertanian organik merupakan hukum
pengembalian (law of return) yang berarti suatu sistem yang berusaha untuk
mengembalikan semua jenis bahan organik ke dalam tanah, baik dalam bentuk
resedu dan limbah pertanaman maupun ternak yang selanjutnya bertujuan memberi
mkanan pada tanaman. (bandingkan dengan kamus Wikipedia: yang menyebutkan bahwa
pertanian organik (organic farming) adalah usaha tani yang menghindari atau
secara besar-besaran menyingkirkan penggunaan pupuk dan pestisida sintetik, zat
pengatur tumbuh tanaman dan perangsang (Saragih, 2008dalamLumbanraja, P. 2013). Filosofi yang melandasi pertanian organik adalah
mengembangkan prinsip memberi makanan pada tanah yang selanjutnya tanah
menyediakan makanan untuk tanaman (feeding the soil that feed the plants), dan
bukan memberi makanan langsung pada tanaman. Von Uexkull (1984dalamLumbanraja, P. 2013) memberikan istilah
membangun kesuburan tanah. Strategi pertanian organik adalah memindahkan
hara secepatnya dari sisa tanaman, kompos dan pupuk kandang menjadi biomassa
tanah yang selanjutnya setelah mengalami proses mineralisasi akan menjadi hara
dalam tanah. Dengan kata lain, unsur hara didaur ulang melalui satu atau lebih
tahapan bentuk senyawa organik sebelum diserap tanaman. Hal ini berbeda sama
sekali dengan pertanian konvensional yang memberikan unsur hara secara cepat
dan langsung dalam bentuk larutan sehingga segera diserap dengan takaran dan
waktu pemberian yang sesuai dengan kebutuhan tanaman.
DEGRADASI LAHAN
Sebagian besar permukaan
bumi kita sudah mengalami degradasi , sebagian sedang mengalami proses
degradasi, dan selebihnya berada dalam resiko akan terdegradasi. Lautan, air
tawar, atmosfir (bahkan sampai ke ketinggian 40.000 km) dan sebagian besar
lingkungan terestrial sudah terdegradasi dan terus mengalami degradasi. Tulisan
ini memfokuskan bahasan dalam hal degradasi terestrial, yaitu meliputi
kerusakan lahan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan lahan adalah lapisan muka
bumi yang berbatasan langsung dengan udara. Lahan terbuka terhadap berbagai
pengaruh kompleks seperti atmosfer, proses geologi, cahaya matahari, terhadap
keadaan yang paling kering, bahkan terhadap keadaan yang paling dingin dan
berbagai bentuk ketidak ramahan lingkungan dan aktivitas organisma (Barrow, 1991 dalam Lumbanraja, P. 2007)
Pendekatan yang dibicarakan dalam tulisan ini adalah meliputi semua kejadian
yang dalam prosesnya baik perusakan , penurunan daya dukung lahan dan bahkan
bagaimana mengontrol keadaan lahan dalam skala global baik berupa konsep
lingkungan maupun ekosistem yang pada hakekatnya akhir-akhir ini sengat
dipengaruhi oleh tingkahlaku dan campur tangan manusia. Secara umum kebanyakan
orang hanya menggolongkan lahan kedalam tiga kategori:
1. Lahan yang
sedang digunakan,
2. Lahan yang
mempunyai potensi penggunaan,
3. Lahan yang kelihatannya tidak
mungkin untuk digunakan untuk masa yang akan datang paling tidak untuk masa
yang mungkin dapat kita ramalkan.
Nilai guna dalam
konteks ini lebih ditekankan kepada kemampuan sesuatu untuk memberikan hal yang
berguan bagi memenuhi kebutuhan ataupun keinginan manusia. Hal ini telah
dijelaskan dalam pengertian ekonokik yang lebih formal bahwa sikap manusia
terhadap kegunaan sesuatu sangat tergantung kepada nilai barang dan pelayanan
yang dapat diperoleh dari barang tersebut (Lowe & Lewis, 1980dalamLumbanraja, P. 2007).
DAFTAR
PUSTAKA
Lumbanraja,
P. 1994. PengaruhTanamanInterkropLegumTerhadapKwalitasFisik Tanah
PadaLahanPertanamanJagung. FakultasPertanian. Universitas HKBP Nommensen –
Medan. Available At:
https://www.researchgate.net/publication/327392655_PENGARUH_TANAMAN_INTERKROP_LEGUM_TERHADAP_KWALITAS_FISIK_TANAH_PADA_LAHAN_PERTANAMAN_JAGUNG
(01 Oktober 2018)
Lumbanraja,
P. 1997. SistemPertanianBerkelanjutan(1). Diseminarkanpada Seminar
PeriodikFakultasPertanian.Universitas HKBP Nommensen 1997 – Medan. Available
At:
https://www.researchgate.net/publication/327392671_SISTEM_PERTANIAN_BERKELANJUTAN1
(03 Oktober 2018)
Malau Sabam dan Parlindungan Lumbanraja.
2002. PertanianBerkelanjutan(2). Disampaikanpada seminar
nasionaltentang “Strategi Pembangunan BerkelanjutandanPengelolaanKawasanDanau
Toba” yang diselenggarakanolehPartungkoan Batak Toba (Parbato) Medan, Yayasan
Del Jakarta danYayasanPerhimpunanPencintaDanau Toba padatanggal 6 April 2002 di Medan. Available At:
Lumbanraja,
P. 2007. DegradasiLahan (ProspekdanKepedulianTerhadapnya). Seminar
BerkalaFakultasPertanian, Universitas HKBP Nommensen; Medan 25 Oktober
2007.Universitas HKBP Nommensen – Medan. Available At:
https://www.researchgate.net/publication/327392970_DEGRADASI_LAHAN_persepsi_dan_keperdulian_terhadapnya
(02 Oktober 2018)
Lumbanraja,
P. 2011. UraianRingakasProspekPemanfaatanLahanRawaPasangSurut.
FakultasPertanian. Universitas HKBP Nommensen – Medan. Available At:
https://www.researchgate.net/publication/327393546_URAIAN_RINGKAS_PROSPEK_PEMANFAATAN_LAHAN_RAWA_PASANG_SURUT
(29 September 2018)
Lumbanraja, P. 2013.
PertanianBerwawasanLingkungan. MateriPengabdianMasyarakatJuni.
2013. Di Desa _______; Kec.GunungMeriah; Kab.Deliserdang.FakultasPertanian. Universitas HKBP
Nommensen – Medan. Available At:
https://www.researchgate.net/publication/327393685_PERTANIAN_BERWAWASAN_LINGKUNGAN
(28 September 2018)
Lumbanraja, P. 2013.
PertanianOrganik. MateriPengabdianMasyarakat di DesaMabar, Kec. BangunPurba;
Deliserdang. Available At:
https://www.researchgate.net/publication/327393688_PERTANIAN_ORGANIK
(03 Oktober 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar